Hari Sc Publication
Sabtu, 01 Agustus 2020
Minggu, 26 Juli 2020
Finisher Vertical Running Sydney Tower Salah Satunya Adalah Surachman Lansia Nusantara
SURACHMAN
ORANG
PERTAMA INDONESIA YANG MENGIKUTI
INTERNATIONAL
VERTICAL RUNNING
SYDNEY
TOWER STAIR CHALLENGE AUSTRALIA
Seperti
dituturkan oleh Bapak Moh. Gajah Nata Surya C., S.E.
Kabag
Perencanaan SDM Aparatur dan Arsip, Sekretariat Deputi Bidang Pemberdayaan
Pemuda Kemenpora, selaku Official Manager
Surachman
Pelari Ultra Senior Indonesia di 2016 mendapat tugas dari Menpora (Imam Nahrawi) untuk mengibarkan Merah Putih di Puncak
Sydney Tower Australia.
Maka
berangkatlah Surachman bersama istrinya Nenny Roose ke Australia 21 Agust 2016
untuk mengikuti lomba Vertical Running di Sydney Tower Australia.
Tercatat
ada 27 negara yang ikut berlomba termasuk Indonesia yang diwakili oleh Surachman
merupakan orang Indonesia. Surachman ikut di klas speed race yang berhasil mencapai finish, yaitu di lantai 100 Sydney
Tower dalam waktu 9,40 menit. Sebagai peserta tertua (66 tahun), tentu saja
pencapaian tersebut cukup luar biasa dan membanggakan.
Peraih
Juara 1 pria dan wanita disabet oleh warga Australia atasnama Mark Bourne dengan waktu 7, 35 mnt
dan Suzy Walsham dng waktu 8,27
mnt. Keduanya anak muda yang sarat pengalaman di dunia Vertical Running.
Nenny
Roose istri Surachman juga ikut berpartisipasi dalam hajatan tersebut dalam kelompok
Fancy Dress dengan mengenakan Kostum
Unik Jaipong Indonesia, berhasil pula mencapai finish sampai di puncak menara
level 100, mendapat penghargaan The Best
Costume dari panitia penyelenggara.
Sang
Official Manager Moh. Gajah Nata
Surya, dari Kemenpora yang mendampingi Surachman dan istrinya selama jalannya lomba
di Negara Kanguru tersebut, menyatakan sangat bangga atas pencapaian pasangan
tersebut.
![]() |
Nenny Rose The Best Costume |
Berlari
vertikal menuju level 100 berputar-putar melingkar mencapai ketinggian 360
meter, menjejak 1700 anak tangga bukan perkara yang mudah untuk dilakukan,
apalagi di usia senja Surachman yang juga Purnawirawan TNI-AD dengan pangkat
terakhir Kolonel, seangkatan dengan Menhan Prabowo Subiyanto dan mantan Menkopolhukam
Djoko Suyanto.
Cerita
lain Surachman: "Memang ada kesempatan untuk menyalip tetapi sulit
dilakukan, karena jalur yang sempit, pelari banyak sehingga berdesakan.
Napas
harus lancar tidak boleh terputus. Karena supporter tidak diperbolehkan berada
disekitar jalur lomba, jadi saya harus membakar semangat sendiri". ujar
Surachman
Minum
pun dilarang karena tumpahan air bisa membayakan peserta lainnya, karena licin.
Surachman
seorang pelari ultra senior yang berpengalaman, menyiapkan diri sebelumnya,
yaitu berlatih di beberapa gedung di Indonesia, antara lain BCA Tower (56 lantai) di Jalan Sudirman
Jakarta, Bakrie Tower di Kuningan Jakarta (50 lantai), Menara MTH Jalan MT.
Haryono Jakarta (18 lantai). Kecuali tersebut, Surachman juga menempa diri
berlatih lari di jalur vertikal di Valore Hotel Cimahi (20 lantai), tangga PLTA
Dago Bengkok 200 meter dengan kemiringan melawan grafitasi. Tidak ketinggalan pada
beberapa Tribune Stadion juga dijadikan tempat berlatih oleh Surachman, naik
turun sampai 100 kali.
Bahkan
untuk melatih konsentrasi menapaki tangga, Surachman juga berlatih berlari melawan
arah escalator di Mall. Memang berbahaya berisiko jatuh dan kaki terjepit
apabila langkahnya kurang seirama dengan lajunya tangga berjalan tersebut.
Minimal jangan sampai pusing yang mengakibatkan bisa muntah, ujar Surachman karena jalur lomba larinya menaiki tangga berputar, maka yang punya sakit ayan atau vertigo, dilarang ikut: cetus Surachman.
Pengalaman
lain Surachman lari vertikal adalah pada 2008 di Swissotel Singapura (73 lantai)
ketika itu sebagai gedung tertinggi di Asia Tenggara, 2012 di Taipei Building (101 lantai) Taiwan,
ketika itu sebagai bangunan tertinggi di Asia.
Ketika
ditanya nyaman berlari naik atau turun, Surachman berpendapat lebih baik lari
naik tangga daripada turun tangga, lari turun otamatis lutut akan mendapat
beban berat badan. Lomba di Aussie ini paling nyaman, karena udara
dingin sehingga belum sempat berkeringat tahu-tahu sudah mencapai finish.
Demikian pernyataan Surachman.
Indonesia
mendapat pujian dari pemerintah Australia, atas kepesertaan Surachman sebagai
Oldest Participant dengan running time hanya terpaut 2 menit dengan juara
1 anak muda dari Australia. Sedangkan istrinya, Nenny Roose mendapat
predikat The Best Costum untuk kategori Fancy Dress.
Setelah
lomba, Surachman dan Nyonya menyempatkan diri untuk jalan-jalan Canberra
Australian War Memorial (museum
Perang Dunia II)
Akhirnya
Bapak Gajah Nata Surya - Official Manager menyampaikan pesan Kemenpora kepada pemuda-pemuda
Indonesia, teruskan semangat Bapak Surachman, meskipun lansia tetapi berhasil
mengharumkan nama Indonesia. Kibarkan Merah Putih dimanapun engkau bisa.
![]() |
Surachman, Nenny Rose & Bpk. Gajah Nata Surya berpose di depan Konsulat Jenderal R.I. di Sydney |
Rabu, 30 Oktober 2019
Surachman Cadaka Finsiher Tertua di Seoul International Marathon 2019
SURACHMAN
CADAKA
DARI
INDONESIA
FINISHER
TERTUA DI SEOUL INTERNATIONAL MARATHON 2019
Dituturkan oleh : Kolonel Pnb. Imam Subekti, S.T.,
M.IR.
Atase Pertahanan RI Seoul Korea Selatan.

Tidak
mudah menjadi peserta perlombaan lari marathon di Seoul karena
harus
memenuhi syarat yang amat berat bagi para pelari.
Selain
dituntut harus sanggup menyelesaikan waktu max 5 jam, umur peserta juga
dibatasi max 70 tahun.
Lebih
dari umur itu tidak diperkenankan ikut karena beresiko.
Kenapa
begitu?
Karena
Seoul Marathon adalah event lari terbesar kedua didunia setelah Boston Marathon
di USA.
Dari
katagori peserta juga merupakan event marathon besar, karena diikuti tidak
kurang dari 35.000 orang dari 25 negara didunia. Disamping itu, Seoul Marathon
merupakan event race yang tertua di Asia yang dimulai pada tahun 1931 setelah
penyelenggaraan Olimpiade Seoul. Tahun 2019 ini Seoul Marathon berarti sudah
yang ke 88 kali diselenggarakan
Seoul
Marathon 2019 di organizer langsung oleh World's Marathon yang berada di
Stockholm, Swedia. Maka Seoul Marathon dipakai sebagai standard mengukur waktu
pelari-pelari level dunia untuk menghadapi Olimpiade.
Bapak
Surachman yang telah banyak mengikuti lomba lari marathon di beberapa negara,
mengaku enjoy dan happy mengikuti lomba di Korea ini karena mendapat pangalaman
baru. Untuk memberi semangat Bapak Surachman, istri tercintanya yang selalu
setia Ibu Nenny Roose tidak hanya turut mendampingi hadir ke Korea, namun turut
ikut berlari dikategori 10 km dengan mengenakan Costum Unik, khas Indonesi

Perlombaan
Start pada tanggal 17 Maret 2019 pukul 08.00 waktu Korea dari Gwang Hwa Mun
Park dengan kondisi suhu udara 3° C. Bapak Surachman terpaksa menggunakan
sarung tangan karena dinginnya udara. Memang masih musim winter di Korea
sehingga cukup membuat tubuh menggigil.
Namun
bagi Surachman udara dingin ini malah menguntungkan, tenaga bisa full. Bahkan
pengakuan Surachman tidak minum sepanjang race. Karena "tidak haus", demikian
ucapnya.
Berbeda
dengan lomba di Jakarta Marathon yang panas memeras keringat Bapak Surachman
bisa minum setiap 2 km.
"Biasanya
kalau pelari berusaha mencari bayangan gedung-gedung tinggi utk menghindari
panas, maka kali ini Bapak malah mencari panas" : akunya.
Untuk
Event Seoul Marathon ini pada kategori 10K start pukul 10.30 di Seoul Olimpic
Park. Sedangkan kategori 42,195 Km dari Gwang Hwa Mun. Dua-duanya finish di
Jamsil Sport Complex Olympic Stadium.
Bapak
Surachman berhasil masuk garis finish dengan waktu 4 : 11 : 14 jam saat 1/4 dari seluruh peserta mulai
masuk. Ini berarti Bapak Surachman berhasil mendahului 3/4 pelari umum lainnya.
Yang lebih luar biasa adalah berhasil masuk Finish masih keadaan segar bugar.
Surachman mengaku : "Baru kali ini lari marathon tidak minum sampai
finish".
Selama
di Seoul Surachman dan Nenny Roose dipantau dan dibantu oleh staff Atase
Pertahanan KBRI di Seoul. Tentu saja kepergian Surachman dan istri ke Korea
yang baru pertama ini diisi dengan melihat-lihat Negeri Ginseng yang menarik
perhatian dunia. Bapak Surachman beserta Ibu Nenny sebagai purnawirawan TNI,
menyempatkan diri melihat-lihat Museum Perang Saudara Korsel - Korut,
berbelanja di ikon wisata Myeongdong, Istana Gyeong Buk Palace dan lain-lain.
Sungguh pasangan serasi yang patut menjadi teladan bagi generasi TNI era
millenial sekarang ini.
Missi
succes
Indonesia
Sehat
Indonesia
Maju
Langganan:
Postingan (Atom)